Shalat malam atau shalat tahajud adalah amalan yang mulia. Inilah
kebiasaan orang sholeh. Mereka biasa menjaga shalat malam mereka. Waktu
malam mereka banyak digunakan untuk bermunajat pada Allah. Apalagi
ketika mendapati sepertiga malam terakhir, mereka memperbanyak do'a
kepada Allah karena mengingat keutamaan do'a mustajab kala itu. Semoga
dengan mengetahui keutamaan shalat tahajud berikut ini kita semakin
giat menjaganya.
Allah Ta'ala berfirman,
أَمْ
مَنْ هُوَ قَانِتٌ آَنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ
الْآَخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ
يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو
الْأَلْبَابِ
“(Apakah kamu hai orang musyrik
yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam
dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya
orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. ” (QS. Az
Zumar: 9). Yang dimaksud qunut dalam ayat ini bukan hanya berdiri,
namun juga disertai dengan khusu' (Lihat Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim,
12: 115). Salah satu maksud ayat ini, “Apakah sama antara orang yang
berdiri untuk beribadah (di waktu malam) dengan orang yang tidak
demikian?!” (Lihat Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi, 7/166). Jawabannya,
tentu saja tidak sama.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ
الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
“Sebaik-baik
puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah –Muharram-.
Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163, dari Abu Hurairah)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ
بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِيْنَ قَبْلَكُمْ وَهُوَ
قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ وَمُكَفِّرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ
الإِثْمِ
“Hendaklah kalian melaksanakan
qiyamul lail (shalat malam) karena shalat amalan adalah kebiasaan orang
sholih sebelum kalian dan membuat kalian lebih dekat pada Allah. Shalat
malam dapat menghapuskan kesalahan dan dosa. ” (Lihat Al Irwa' no. 452. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu berkata, "Shalat hamba di tengah malam akan menghapuskan dosa." Lalu beliau membacakan firman Allah Ta'ala,
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, ..." (HR. Imam Ahmad dalam Al Fathur Robbani 18/231. Bab "تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ ")
'Amr bin Al 'Ash radhiyallahu 'anhu berkata,
"Satu raka'at shalat malam itu lebih baik dari sepuluh rakaat shalat di
siang hari." (Disebutkan oleh Ibnu Rajab dalam Lathoif Ma'arif 42 dan
As Safarini dalam Ghodzaul Albaab 2: 498)
Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata, "Barangsiapa yang shalat malam sebanyak dua raka'at maka ia dianggap telah bermalam karena Allah Ta'ala dengan sujud dan berdiri." (Disebutkan oleh An Nawawi dalam At Tibyan 95)
Ada
yang berkata pada Al Hasan Al Bashri , "Begitu menakjubkan orang yang
shalat malam sehingga wajahnya nampak begitu indah dari lainnya." Al
Hasan berkata, "Karena mereka selalu bersendirian dengan Ar Rahman
-Allah Ta'ala-. Jadinya Allah memberikan di antara cahaya-Nya pada
mereka."
Abu Sulaiman Ad Darini berkata, "Orang yang rajin shalat
malam di waktu malam, mereka akan merasakan kenikmatan lebih dari orang
yang begitu girang dengan hiburan yang mereka nikmati. Seandainya bukan
karena nikmatnya waktu malam tersebut, aku tidak senang hidup lama di
dunia." (Lihat Al Lathoif 47 dan Ghodzaul Albaab 2: 504)
Imam
Ahmad berkata, "Tidak ada shalat yang lebih utama dari shalat lima
waktu (shalat maktubah) selain shalat malam." (Lihat Al Mughni 2/135
dan Hasyiyah Ibnu Qosim 2/219)
Tsabit Al Banani berkata, "Saya
merasakan kesulitan untuk shalat malam selama 20 tahun dan saya
akhirnya menikmatinya 20 tahun setelah itu." (Lihat Lathoif Al Ma'arif
46). Jadi total beliau membiasakan shalat malam selama 40 tahun. Ini
berarti shalat malam itu butuh usaha, kerja keras dan kesabaran agar
seseorang terbiasa mengerjakannya.
Ada yang berkata pada Ibnu
Mas'ud, "Kami tidaklah sanggup mengerjakan shalat malam." Beliau lantas
menjawab, "Yang membuat kalian sulit karena dosa yang kalian perbuat."
(Ghodzaul Albaab, 2/504)
Lukman berkata pada anaknya, "Wahai
anakku, jangan sampai suara ayam berkokok mengalahkan kalian. Suara
ayam tersebut sebenarnya ingin menyeru kalian untuk bangun di waktu
sahur, namun sayangnya kalian lebih senang terlelap tidur." (Al Jaami'
li Ahkamil Qur'an 1726)
Tutuplah shalat malam (tahajud) dengan shalat witir.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرً
“Jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah shalat witir.” (HR. Bukhari no. 998 dan Muslim no. 751)
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
@ Riyadh, KSA, 28 Shafar 1433 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.remajaislam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar